A tribute to those we lost in 2011, including the legendary Elizabeth Taylor, boxing giant Joe Frazier, tech visionary Steve Jobs, and the tragic and soulful Amy Winehouse.
cacatan kecil
just another blog post
21 Desember 2011
21 Oktober 2011
02 Maret 2009
Warga Cimahi Bingung Biaya KTP
CIMAHI – Warga Kota Cimahi ternyata masih kebingungan dengan biaya pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Padahal, KTP merupakan kartu identitas resmi setiap warga di Indonesia. Saking pentingnya, di beberapa daerah sering dilakukan razia atau operasi yustisi pada warganya.
“Saya kurang tahu berapa biaya pembuatan KTP di sini. Memang, saya pernah denger katanya gratis. Tapi ngga tahu juga. Waktu ngurus di kecamatan katanya gak bayar. Tapi karena waktu itu saya dibantu sama pihak RT, saya bayar sebesar Rp20 ribu sebagai ucapan terima kasih saja,” kata Novi (27), warga Kecamatan Cimahi Tengah, kepada Bandung Ekspres, kemarin.
Menurut Novi, jika diurus sendiri, biaya KTP bisa berlipat-lipat, bahkan bisa mencapai Rp100 ribu. Sayangnya, dia tidak merinci untuk biaya apa saja nilai uang tersebut. ‘Saya sih denger-denger, bisa sampai Rp100 ribu untuk biaya KTP. Untungnya, waktu itu ada yang bantu,” katanya seraya menambahkan, proses pembuatan KTP di kecamatan cukup cepat dan hanya membutuhkan waktu satu minggu.
Lain lagi dengan Iip Saripudin (40). Karena mempunyai koneksi di kelurahan, ia mengaku tidak mengeluarkan uang sepeser pun saat membuat KTP. "Saya punya kakak yang kerja di kelurahan, jadi saya minta bantuan ke dia. karena itu saya nggak bayar sama sekali," katanya. Ia sendiri tidak mengetahui berapa biaya pengurusan yang sebenarnya. Dengan bantuan saudaranya, aku Iip, dalam waktu 2 minggu KTP miliknya sudah beres.
Pernyataan mengagetkan justru keluar dari mulut Edi (30). Saat membuat KTP, ia harus merogoh kocek sampai Rp200 ribu. “Waktu itu saya nggak mau ribet, jadi nembak saja. Semuanya RT yang ngurus. Akhirnya saya harus bayar Rp200 ribu," katanya. Hanyasaja, kata dia, kejadian itu sudah berlangsung sejak lama. “Itu sudah beberapa tahun lalu, tapi saya lupa tahun berapa. Untuk sekarang saya nggak tahu berapa, soalnya KTP saya belum diperpanjang," kata Edi.
Sementara Galih (18) warga Kecamatan Cimahi Selatan mengaku, biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan KTP hanya Rp13 ribu. Sebab, kata dia, seluruh proses administrasi diurus sendiri. “Karena semuanya saya urus sendiri, biayanya cuma Rp13 ribu. Mulai dari minta pengantar ke RT/RW, pengisian formulir, sampai ke kecamatan," paparnya.
Hanya saja ia menyayangkan data KTP miliknya tidak sesuai dengan formulir yang diisi. Padahal, kata dia, saat mengisi formulir, datanya tidak salah. Akibatnya, Galih mengaku kerap kesulitan mengisi aplikasi yang mengharuskan namanya tercantum sesuai KTP. “Contohnya kalau buat rekening di bank.Pihak bank suka nanya, kok namanya beda sama yang di KTP? Ya saya jawab KTP nya yang salah," ujarnya. Ia mengakui malas untuk memperbaiki KTP miliknya. “Ah males, ribet,” kata Galih. (han)
“Saya kurang tahu berapa biaya pembuatan KTP di sini. Memang, saya pernah denger katanya gratis. Tapi ngga tahu juga. Waktu ngurus di kecamatan katanya gak bayar. Tapi karena waktu itu saya dibantu sama pihak RT, saya bayar sebesar Rp20 ribu sebagai ucapan terima kasih saja,” kata Novi (27), warga Kecamatan Cimahi Tengah, kepada Bandung Ekspres, kemarin.
Menurut Novi, jika diurus sendiri, biaya KTP bisa berlipat-lipat, bahkan bisa mencapai Rp100 ribu. Sayangnya, dia tidak merinci untuk biaya apa saja nilai uang tersebut. ‘Saya sih denger-denger, bisa sampai Rp100 ribu untuk biaya KTP. Untungnya, waktu itu ada yang bantu,” katanya seraya menambahkan, proses pembuatan KTP di kecamatan cukup cepat dan hanya membutuhkan waktu satu minggu.
Lain lagi dengan Iip Saripudin (40). Karena mempunyai koneksi di kelurahan, ia mengaku tidak mengeluarkan uang sepeser pun saat membuat KTP. "Saya punya kakak yang kerja di kelurahan, jadi saya minta bantuan ke dia. karena itu saya nggak bayar sama sekali," katanya. Ia sendiri tidak mengetahui berapa biaya pengurusan yang sebenarnya. Dengan bantuan saudaranya, aku Iip, dalam waktu 2 minggu KTP miliknya sudah beres.
Pernyataan mengagetkan justru keluar dari mulut Edi (30). Saat membuat KTP, ia harus merogoh kocek sampai Rp200 ribu. “Waktu itu saya nggak mau ribet, jadi nembak saja. Semuanya RT yang ngurus. Akhirnya saya harus bayar Rp200 ribu," katanya. Hanyasaja, kata dia, kejadian itu sudah berlangsung sejak lama. “Itu sudah beberapa tahun lalu, tapi saya lupa tahun berapa. Untuk sekarang saya nggak tahu berapa, soalnya KTP saya belum diperpanjang," kata Edi.
Sementara Galih (18) warga Kecamatan Cimahi Selatan mengaku, biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan KTP hanya Rp13 ribu. Sebab, kata dia, seluruh proses administrasi diurus sendiri. “Karena semuanya saya urus sendiri, biayanya cuma Rp13 ribu. Mulai dari minta pengantar ke RT/RW, pengisian formulir, sampai ke kecamatan," paparnya.
Hanya saja ia menyayangkan data KTP miliknya tidak sesuai dengan formulir yang diisi. Padahal, kata dia, saat mengisi formulir, datanya tidak salah. Akibatnya, Galih mengaku kerap kesulitan mengisi aplikasi yang mengharuskan namanya tercantum sesuai KTP. “Contohnya kalau buat rekening di bank.Pihak bank suka nanya, kok namanya beda sama yang di KTP? Ya saya jawab KTP nya yang salah," ujarnya. Ia mengakui malas untuk memperbaiki KTP miliknya. “Ah males, ribet,” kata Galih. (han)
Adu Suara di Lomba Kicau Burung
BAROS- Siang kemarin Lapangan Pusdik Armed begitu meriah. Sorak sorai penonton begitu membahana. Di pinggir lapangan, mereka saling teriak. Mereka bukan sedang menonton sepakbola, tapi sedang menyemangati burung peliharaannya yang sedang berlomba di Lomba Amal Burung Berkicau "BnR Cup". Teriakan pemilik burung ini ditimpali dengan kicauan burung yang sedang berlomba. Sementara para juri sibuk menilai aksi dan kicauan burung para peserta.
Menurut Ketua Pelaksana lomba, Susanto Hamdani, acara tersebut bertujuan sebagai lomba amal. “Tujuan utama dari lomba ini sebetulnya amal. Nanti hasil dari lomba ini akan kami sumbangkan untuk membantu korban-korban bencana alam, terutama di daerah Bandung dan Jawa Barat," ujarnya.
Kelas yang diperlombakan, menurut Susanto, bermacam-macam. "Untuk lomba kali ini kami perlombakan sampai 32 kelas. Yang paling bergengsi kelas Anis Merah, hadiah utamanya sampai Rp10 juta," terangnya. Susanto menambahkan total hadiah untuk keseluruhan kelas mencapai Rp120 juta.
Sementara untuk penilaian, lanjut Susanto, berdasarkan pada keadaan fisik burung, volume kicauan, gaya, dan irama kicauan. "Jadi tidak hanya kicauan saja, tapi keseluruhan fisik burung juga dinilai," tambahnya.
Ternyata, peserta yang mendaftar tak hanya dari Kota Bandung saja, tapi juga dari luar kota. "Sebagian besar peserta memang dari Bandung, tapi ada juga beberapa yang dari Jakarta, Garut, Sumedang, dan daerah Jawa barat lain. Bahkan ada yang dari Kediri dan Semarang," lanjutnya bangga.
Walau baru pertama kali menggelar lomba, sambutan dari peserta sangat tinggi. "Alhamdulillah respon dari penggemar burung sangat baik. Dari data sementara, ada 1.200 burung yang didaftarkan. Kami cukup bangga,” ujarnya. Padahal, lanjut Susanto, awalnya lomba ini hanya untuk regional Bandung saja. Kemungkinan jumlah burung yang diperlombakan bisa bertambah karenalombanya belum selesai.
Sementara salah seorang peserta, Purnomo, mengaku senang dengan pelombaan kali ini. Untuk mengikutkan burung peliharaannya, ia rela merogoh kocek sebesar Rp150 ribu. "Walaupun kalah, saya cukup senang ikutan lomba. Rasanya gimana gitu," ujarnya sambil tertawa. Menurut warga Gunung Batu ini, ia sering ikutan lomba semacam ini. "Saya lumayan sering ikutan lomba. Dari 2001 saya ikut lomba seperti ini. Alhamdulillah pernah juara beberapa kali," tambahnya. (han)
Menurut Ketua Pelaksana lomba, Susanto Hamdani, acara tersebut bertujuan sebagai lomba amal. “Tujuan utama dari lomba ini sebetulnya amal. Nanti hasil dari lomba ini akan kami sumbangkan untuk membantu korban-korban bencana alam, terutama di daerah Bandung dan Jawa Barat," ujarnya.
Kelas yang diperlombakan, menurut Susanto, bermacam-macam. "Untuk lomba kali ini kami perlombakan sampai 32 kelas. Yang paling bergengsi kelas Anis Merah, hadiah utamanya sampai Rp10 juta," terangnya. Susanto menambahkan total hadiah untuk keseluruhan kelas mencapai Rp120 juta.
Sementara untuk penilaian, lanjut Susanto, berdasarkan pada keadaan fisik burung, volume kicauan, gaya, dan irama kicauan. "Jadi tidak hanya kicauan saja, tapi keseluruhan fisik burung juga dinilai," tambahnya.
Ternyata, peserta yang mendaftar tak hanya dari Kota Bandung saja, tapi juga dari luar kota. "Sebagian besar peserta memang dari Bandung, tapi ada juga beberapa yang dari Jakarta, Garut, Sumedang, dan daerah Jawa barat lain. Bahkan ada yang dari Kediri dan Semarang," lanjutnya bangga.
Walau baru pertama kali menggelar lomba, sambutan dari peserta sangat tinggi. "Alhamdulillah respon dari penggemar burung sangat baik. Dari data sementara, ada 1.200 burung yang didaftarkan. Kami cukup bangga,” ujarnya. Padahal, lanjut Susanto, awalnya lomba ini hanya untuk regional Bandung saja. Kemungkinan jumlah burung yang diperlombakan bisa bertambah karenalombanya belum selesai.
Sementara salah seorang peserta, Purnomo, mengaku senang dengan pelombaan kali ini. Untuk mengikutkan burung peliharaannya, ia rela merogoh kocek sebesar Rp150 ribu. "Walaupun kalah, saya cukup senang ikutan lomba. Rasanya gimana gitu," ujarnya sambil tertawa. Menurut warga Gunung Batu ini, ia sering ikutan lomba semacam ini. "Saya lumayan sering ikutan lomba. Dari 2001 saya ikut lomba seperti ini. Alhamdulillah pernah juara beberapa kali," tambahnya. (han)
Pengobatan Gratis di Baros
BAROS – Meski akses di bidang kesehatan sudah cukup mudah, ternyata masih banyak warga yang kesulitan berobat. Hal ini disebabkan keadaan ekonomi sekarang yang sangat membebani masyarakat. Untuk itulah Departemen Pemberdayaan Perempuan (DPP) Dewan Pengurus Cabang (DPC) PDIP Kota Cimahi menggelar pengobatan gratis di Kelurahan Baros, Kecamatan. Cimahi Tengah, kemarin (1/3).
“Walau akses kesehatan bisa dibilang mudah, keadaan ekonomi sekarang yang sangat berat menyebabkan warga kurang memperhatikan kesehatan dirinya. Semua serba mahal. Boro-boro mikir ke puskesmas, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja mereka susah," ujar Wakil Ketua DPP DPC PDIP Cimahi sekaligus penanggung jawab kegiatan, dr Rinie Chaerunnisa.
Menurut Rinie, masyarakat sangat antusias mengikuti pengobatan gratis ini. “Dari tadi pagi (kemarin), banyak warga Baros yang berobat ke sini. Mereka sangat antusias dengan acara ini," ujar Rinie. Dari pengakuan Rinie, sampai sore kemarin sudah 125 pasien yang memanfaatkan pengobatan gratis ini.
Dikatakan Rinie, umumnya warga yang berobat ke posko mengeluhkan penyakit ringan, seperti demam, ISPA dan pusing-pusing. “Yang datang ke sini penyakit umum saja, yang ringan. Ada juga yang mengeluhkan darah tinggi,” lanjutnya. Warga yang sakit itu diperiksa oleh dia dengan dibantu oleh pengurus PDIP yang lain. “Selain kami obati, obatnya juga gratis,” lanjutnya. (han)
“Walau akses kesehatan bisa dibilang mudah, keadaan ekonomi sekarang yang sangat berat menyebabkan warga kurang memperhatikan kesehatan dirinya. Semua serba mahal. Boro-boro mikir ke puskesmas, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja mereka susah," ujar Wakil Ketua DPP DPC PDIP Cimahi sekaligus penanggung jawab kegiatan, dr Rinie Chaerunnisa.
Menurut Rinie, masyarakat sangat antusias mengikuti pengobatan gratis ini. “Dari tadi pagi (kemarin), banyak warga Baros yang berobat ke sini. Mereka sangat antusias dengan acara ini," ujar Rinie. Dari pengakuan Rinie, sampai sore kemarin sudah 125 pasien yang memanfaatkan pengobatan gratis ini.
Dikatakan Rinie, umumnya warga yang berobat ke posko mengeluhkan penyakit ringan, seperti demam, ISPA dan pusing-pusing. “Yang datang ke sini penyakit umum saja, yang ringan. Ada juga yang mengeluhkan darah tinggi,” lanjutnya. Warga yang sakit itu diperiksa oleh dia dengan dibantu oleh pengurus PDIP yang lain. “Selain kami obati, obatnya juga gratis,” lanjutnya. (han)
Langganan:
Postingan (Atom)